SBY menilai kedua media ini telah melanggar kode etik jurnalistik universal.
Dua media Australia, The Age dan Sidney Morning Herald, membuat Jakarta gerah dengan memuat bocoran dokumen milik Kedutaan Amerika Serikat di Indonesia tanpa konfirmasi pada Jumat 11 Maret 2011. Hari ini, kedua media pun memuat konfirmasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Dilansir dari laman The Age edisi Sabtu 12 Maret 2011, media ini memuat pernyataan sejumlah pembantu presiden seperti Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa dan Staf Presiden Daniel Sparingga.
Dilansir dari laman The Age edisi Sabtu 12 Maret 2011, media ini memuat pernyataan sejumlah pembantu presiden seperti Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa dan Staf Presiden Daniel Sparingga.
SBY menilai kedua media ini telah melanggar kode etik jurnalistik universal dengan memuat bocoran WikiLeaks tersebut tanpa meminta konfirmasi padanya. Marty telah mengajukan protes keras secara resmi kepada Kedutaan Amerika Serikat.
Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, Scot Marciel, telah menyampaikan penyesalan mendalam kepada Presiden karena bocoran dokumen kedutaan itu. Meski meminta maaf, namun Marciel tidak membenarkan atau membantah isi berita kedua media Australia ini. Marciel hanya menyampaikan bahwa bocoran dokumen itu sebagai 'informasi baku yang kerap tidak lengkap dan tak terbukti.'
"Kami sampaikan penyesalan mendalam kepada Presiden SBY dan seluruh masyarakat Indonesia," kata dia sambil menyebut pembocoran dokumen ini sebagai bentuk tidak bertanggung jawab.
Seperti diberitakan sebelumnya, laman pembocor kawat diplomatik rahasia, WikiLeaks, kembali mengungkap informasi mengenai Indonesia. Kali ini, informasi itu menuding bahwa Presiden telah terlibat dalam praktek korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga merusak reputasinya sebagai tokoh yang dianggap bersih dan reformis.
Bocoran WikiLeaks itu antara lain dipublikasikan di surat kabar Australia, The Age. Dalam edisi Jumat, 11 Maret 2011, koran itu menampilkan judul besar-besar di halaman depan,"Yudhoyono 'abused power': Cables accuse Indonesian President of corruption." Berita serupa juga dimuat harian utama Australia lainnya, Sydney Morning Herald.
Bocoran informasi WikiLeaks yang diklaim dimiliki The Age menyatakan bahwa Yudhoyono secara pribadi telah turut campur untuk mempengaruhi jaksa dan hakim dalam melindungi para tokoh politik yang terlibat kasus korupsi, sekaligus untuk menekan para lawan politiknya. SBY juga ditengarai telah memanfaatkan lembaga intelijen untuk memata-matai rival politik dan, sedikitnya dalam satu kesempatan, seorang menteri senior di kabinetnya.
Data yang dinyatakan merupakan bocoran laporan diplomatik Kedubes AS itu juga menuding bagaimana seorang mantan wakil presiden pada kabinet Yudhoyono sebelumnya, Jusuf Kalla, diduga membayar jutaan dolar untuk memimpin partai politik terbesar di Indonesia, Golkar, pada kongres Desember 2004.
"Kami sampaikan penyesalan mendalam kepada Presiden SBY dan seluruh masyarakat Indonesia," kata dia sambil menyebut pembocoran dokumen ini sebagai bentuk tidak bertanggung jawab.
Seperti diberitakan sebelumnya, laman pembocor kawat diplomatik rahasia, WikiLeaks, kembali mengungkap informasi mengenai Indonesia. Kali ini, informasi itu menuding bahwa Presiden telah terlibat dalam praktek korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga merusak reputasinya sebagai tokoh yang dianggap bersih dan reformis.
Bocoran WikiLeaks itu antara lain dipublikasikan di surat kabar Australia, The Age. Dalam edisi Jumat, 11 Maret 2011, koran itu menampilkan judul besar-besar di halaman depan,"Yudhoyono 'abused power': Cables accuse Indonesian President of corruption." Berita serupa juga dimuat harian utama Australia lainnya, Sydney Morning Herald.
Bocoran informasi WikiLeaks yang diklaim dimiliki The Age menyatakan bahwa Yudhoyono secara pribadi telah turut campur untuk mempengaruhi jaksa dan hakim dalam melindungi para tokoh politik yang terlibat kasus korupsi, sekaligus untuk menekan para lawan politiknya. SBY juga ditengarai telah memanfaatkan lembaga intelijen untuk memata-matai rival politik dan, sedikitnya dalam satu kesempatan, seorang menteri senior di kabinetnya.
Data yang dinyatakan merupakan bocoran laporan diplomatik Kedubes AS itu juga menuding bagaimana seorang mantan wakil presiden pada kabinet Yudhoyono sebelumnya, Jusuf Kalla, diduga membayar jutaan dolar untuk memimpin partai politik terbesar di Indonesia, Golkar, pada kongres Desember 2004.
Tak cuma itu, istri dan keluarga Presiden pun dikabarkan berupaya memperkaya diri melalui koneksi politik. "Istri presiden dan para kerabat disebutkan dalam laporan politik Kedubes AS, dimana para diplomat Amerika menyebut upaya-upaya keluarga presiden terutama Ibu Negara Kristiani Herawati...untuk mendapat keuntungan finansial dari posisi politiknya," tulis The Age.
0 comments:
Post a Comment